Selasa, 12 Februari 2013

Cara Bersyukur



cara bersyukur : 
 oleh : Aswan Gunawan
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Alnahl [16]: 18).
Bersyukur adalah salah satu kewajiban setiap muslim kepada Allah swt. Begitu wajibnya bersyukur, Nabi Muhammad yang jelas-jelas dijamin masuk surga, masih menyempatkan diri bersyukur kepada Allah. 
Dalam sebuah hadis disebutkan, Nabi selalu menunaikan shalat tahajud, memohon maghfirah dan bermunajat kepada-Nya. Seusai shalat, Nabi berdoa kepada Allah hingga shalat Subuh.
Bersyukur merupakan salah satu ibadah mulia kepada Allah yang mudah dilaksanakan, tidak banyak memerlukan tenaga dan pikiran. Bersyukur atas nikmat Allah berarti berterima kasih kepada Allah karena kemurahan-Nya. Dengan kata lain, bersyukur berarti mengingat Allah yang Mahakaya, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Penyantun.
Para ulama mengemukakan tiga cara bersyukur kepada Allah. 
Pertama, bersyukur dengan hati nurani. Kata hati alias nurani selalu benar dan jujur. Untuk itu, orang yang bersyukur dengan hati nuraninya sebenarnya tidak akan pernah mengingkari banyaknya nikmat Allah. Dengan detak hati yang paling dalam, kita sebenarnya mampu menyadari seluruh nikmat yang kita peroleh setiap detik hidup kita tidak lain berasal dari Allah. Hanya Allahlah yang mampu menganugerahkan nikmat-Nya.
Kedua, bersyukur dengan ucapan. Lidahlah yang biasa melafalkan kata-kata. Ungkapan yang paling baik untuk menyatakan syukur kita kepada Allah adalah hamdalah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, ''Barangsiapa mengucapkan subhana Allah, maka baginya 10 kebaikan. Barangsiapa membaca la ilaha illa Allah, maka baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca alhamdu li Allah, maka baginya 30 kebaikan.''
Ketiga, bersyukur dengan perbuatan, yang biasanya dilakukan anggota tubuh. Tubuh yang diberikan Allah kepada manusia sebaiknya dipergunakan untuk hal-hal yang positif. Menurut Imam al-Ghazali, ada tujuh anggota tubuh yang harus dimaksimalkan untuk bersyukur. Antara lain, mata, telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, dan kaki. Seluruh anggota ini diciptakan Allah sebagai nikmat-Nya untuk kita. Lidah, misalnya, hanya untuk mengeluarkan kata-kata yang baik, berzikir, dan mengungkapkan nikmat yang kita rasakan. Allah berfirman, ''Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).'' (QS Aldhuha [93]: 11).

artikel lain: memabahas-makna-syukur

Senin, 11 Februari 2013

Arti atau Makna Pemimpin Sejati dan Metode Kepemimpinan Islam

Arti dan Makna juga Metode yang membahas tentang kepemimpinan, secara langsung saat ini belum menjadi satu pelajaran atau bidang studi pelajaran di sekolah-sekolah formal di Indonesia. Padahal karena pentingnya membahas tentang kepemimpinan ini sampai-sampai suatu perusahaan ataupun lembagar organisasi membuat suatu pelatihan atau training yang membahas, mengupas serta menjelaskan arti atau makna kepemimpinan untuk menggali  softskill atau personal skill

Pada satu artikel di  economist.com ada sebuah tulisan berjudul Can Leadership Be Taught. Dibahas tentang materi kepemimpinan termasuk metode mempimpin penting untuk diajarkan sehingga siswa atau mahasiswa akan terlahir dengan memiliki karakter kepemimpinan di masa depan nanti. 

Ada tiga hal penting dalam metoda kepemimpinan, yaitu: 
pertama, Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses kreatifitas yang tinggi melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision.
kedua, Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual agama dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata. Seperti kepemimpinan para Nabi dan Rasul, juga kepemimpinan khulafaurrasyidin, para sahabat Nabi dan Kepemimpinan Ulama.
ketiga, Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya.

Seorang Pemimpin sejati dalam Islam senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya istiqomah untuk berbakti kepada Allah SWT dan mengabdi dengan sesama, dengan cara  solitude (keheningan), prayer (doa) dan scripture (membaca ayat-ayat Allah SWT).

Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang menurut kami sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolok ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership).

Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman, menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik, memiliki spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.

Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang-orang atau organisasi yang dipimpinnya menuju suatu tujuan (goal) yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa generasi.

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat. Seorang pemimpin sejati selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan tidak mudah emosi.

Kepala Yang Melayani (Metoda Kepemimpinan) Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tetapi juga harus memiliki serangkaian metoda kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang pertama, yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metoda kepemimpinan yang baik.

Contoh adalah para pemimpin karismatik ataupun pemimpin yang menjadi simbol perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson Mandela, Abdurrahman Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi menjadi pemimpin yang tidak efektif ketika menjabat secara formal menjadi presiden. Hal ini karena mereka tidak memiliki metoda kepemimpinan yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.

Ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tetapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan sehari-hari (monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.

Tangan Yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan) Pemimpin sejati bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan dalam metoda kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard tersebut disebutkan ada empat perilaku seorang pemimpin, yaitu: Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan Firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.

Apakah arti kepemimpinan? Menurut sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad 18. Ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:
  1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
  2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).
  3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46)
  4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya. 
  5. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).
Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.

Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
  • Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi.
  • Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan
  • Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
  • Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
  • Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah)
  • Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
  • Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
  1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
  2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
  3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.
Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan.

Hati Yang Melayani (Karakter Kepemimpinan) Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali betapa banyak kita saksikan para pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam Pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.

Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan, ada sejumlah ciri-ciri dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani, yaitu: Tujuan paling utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya.

Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongannya tetapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya. Entah hal ini sebuah impian yang muluk atau memang kita tidak memiliki pemimpin seperti ini, yang jelas pemimpin yang mengutamakan kepentingan publik amat jarang kita temui di republik ini. Seorang pemimpin sejati justru memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelompoknya.

Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.

Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.

Ciri keempat seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap anggota organisasinya.

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.

Jumat, 08 Februari 2013

Papatah Kolot Baheula Pebruari 2013


Dihandap ieu papatah kolot baheula, anu tiasa janten referensi kangge bahan renungan khususna pikeun urang sunda anu kiwari budayana tos ka geser ku budaya basa deungeun: 
1. Ulah gugur samemeh tempur, ulah perlaya samemeh perang. Indit ka medan jerit ulah dengki, lumampah ka medan dadalaga ulah dendam, lumaku ka medan tempur ulah ujub
2. Taat sumembah kanu janten rama, sumujud tumut kanu janten ibu
3. Dihareupeun aya kasusah, ditukang pasti aya kabungah
4. Dahareun anu asup kanu awak, bakal jadi kulit, jadi daging, jadi sumsum, jadi balung, matak sing ati-ati
5. Mudah-mudahan urang kakungkung ku rohmat pitulung nu Maha Agung.
6. Sasanget-sangetna leuweung, moal leuwh sanget tibatan sungut
7. Manusa mah beda jeung anjing budug di jarian, dimana paeh ngan saukur bilatungan, tapi manusa sajabana ti bilatungan bakal anggih jeung balitungan
8. Kudu mampu tungkul kanu jukut, ulah tanggah ka sadapan, sing awas kana tincakan
9. Amit kanu mangku lembur, kanu nyungsi dinu sepi, nu keur genah tumaninah
10. Sanajan urang paanggang, hatemah paanjang-anjang. Sanajan urang papisah, kanu Maha Kawasa urang sumerah pasrah
11. Hariring lain nu kuring, haleuang lain nu urang. Hariring kagungan Nu Maha Wening, Haleuang kagungan Nu Maha Wenang
12. Jelema mah tungkul tumpuk kalalaputan, tanggah tempat kalalepatan. Samenit ganti sajam robah, sore janji isuk teu dipake
13. Lain sia kudu melaan agama, tapi agama nu kudu melaan sia. Sabab agama bakal nyalametkeun urang dunya akherat
14. Sakur nu rek ngarugikeun kana diri, bangsa jeung nagara, cegah ku diri sorangan
15. Jalma nu iman ka Pangeran, dimana datang bala sobar, datang untung sukur
16. Geura leungitkeun sirik pidik nu ngancik dina ati, aral subaha nu nyayang dina dada
17. Ditarima ku panangan dua, disuhun dinu embun-embunan, ditampi ku ati sanubari
18. Hirup kudu sauyunan, mun cai jadi saleuwi, ka darat jadi salogak. Sapapait samamanis, sabagja satanggung jawab, sareuneuh saigel
19. Ari nu ngaranna hukum adil teH teu ninian, teu akian, teu indungan, teu bapaan, teu sobat-sobat acan
20. Dimana urang doraka ka indung bapa, lir ibarat Lamun di lembur kai randu, lamun di leuweung kai dander. Dipake pangorek bingkeng, dipake pamikul bengkung. Dipake suluh matak teu ruhai, matak beuleuweung kanu niupna
21. Dina sawatara isuk, dina sawatara wanci haneut moyan, dina sawatara poe anu keur dilakonan, dina sawatara harepan, dina sawatara impian, mugi aya dina cageur jeung bageurna, panceg jeung ajegna, hirup jeung huripna, waluya balarea, prung tandang makalangan marengan caang jalan pasampangan
22. Peun we ah papait ka tukang, kaseudih anu kamari, tunggara anu mangkukna, rek dipendem ameh balem, disimpen cing rikip, ditunda, diecagkeun, moal di teang, moal di ingeut, geus wayahna nyampeur kabagja, geus wayahna ninggali kahareup, ajeug nangtungan hirup, ngabageakeun anjeun anu aya, anjeun anu nyanghareup, anjeun anu aya sajeroning rasa
23. Panon poe geus moncorong, indung beurang geus nyaangan, gearkeun hate anu aleum, heabkeun rasa anu tiis, bray hibar cahyana ka sakuliah alam dunya, mawa bagja keur urang sararea
24. Pajajaran kari ngaran, Pangrango geus narikolot, Mandalawangi ngaleungit, Nya dayeuh geus jadi leuweung.
25. Lamun neda kudu ka Pangeran, mustang ngeumbing mung ka Gusti. Sabab lamun menta ka manusa, matak bosen nganti-nganti
26. Amit ampun nya paralun, ka Gusti Nu Maha Agung, ka Nabi anu linuhung, Muhammad anu jinunjung
27. Kaluhur neda papayung, papayung Nu Maha Agung, kahandap neda pangraksa, pangraksa Maha Kawasa
28. Ampun ka anu Maha Agung, Nu kagungan Kun fayakun, Jleg ngadeg sakur kersa-Na, Bral gumelar kawasa-Na
29. Lain rek mamatahan nerekel ka monyet, mamatahan ngojay ka soang.
30. Geura menta hampura kanu jadi bapa, geura menta ampun kanu jadi indung, sabab duanana pangeran urang di alam dunya.
31. Sabar teh lain Ditampiling cicing, ditajong morongkol, digebug murungkut.
32. Sagolek pangkek, sacangred pageuh, teu unggut kalinduan, teu geudag kaanginan.
33. Meredih kana asihna Gusti, menta kana murahna nu Kawasa.
34. Jeung dulur mah Jauh silih tepungan, anggang silih teangan, gering silih ubaran, paeh silih lasanan, salah silih benerkeun, poekeun silih caangan, mun poho silih bejaan.
35. Dedeg sampe, rupa hade, patut teu nganjuk, rupa teu menta, na kalakuan teu beda ti euwah-euwah?
36. Bisi aya elmu kasungkur-sungkur, pangabisa nu can ka talaah, ajian nu kasingkir-singkir, geura taluktik ti kiwari, geura kotektak ti ayeuna.
37. Ulah jalir janji lanca-linci luncat mulang udar tina tali gadang
38. Zaman kiwari mah Anu dakwah kari pertentangna, anu ngaji kari hariringna, tapi kajahatanmah beuki meuweuh
39. Dimana-manahurung nangtung siang leumpang, caang jalan, lugina hate, kakait ati anu sajati, gagantar rasa anu sampurna, nun gusti .. teupangkeun kuring jeung manehna, meureun aya rasa, rasa bagja anu sampurna salamina
40. Kateter basa, kalangsu mangsa, katinggaleun poe, nyasab dina waktu, ayeuna, isuk jeung kamari, hiji niat na diri, miharep, ngapimilik anu sajati
41. Kudu paheuyeuk- heuyeuk leungeun paantay-antay tangan
42. Neangan luang tipapada urang
43. Ulah nyaliksik ku buuk leutik
44. Ulah lunca linci luncat mulang udar tina tali gadang, omat ulah lali tina purwadaksina
45. Ulah pagiri- giri calik, pagirang- girang tampian
46. Bengkung ngariung bongkok ngaronyok
47. Nyaur kudu diukur nyabda kudu di unggang
48. Hirup di alam dunya sembaheun anging Gusti nu kagungan urang sadaya, nu ngajadikeun bumi, langit, sawarga, naraka jeung sagala eusina
49. Hate nu Kalingkung ku wawangunan, kalingker ku papageran.
50. Miindung ka waktu, mibapa ka zaman
51. Niti wanci nu mustari, ninggal mangsa nu sampurna, kahirupan di dunya taya lian keur taqwa.
52. Bagja dimana boga sobat medok, istri denok, sawah ledok.
53. Nu geulis jadi werejit, nu lanjang jadi baruang.
54. Nyukcruk galur nu kapungkur, mapay laratan anu baheula, nitih wanci nu kamari, ninggang mangsa nu sampurna. Sanajan urang beda tapi sarua, sanajan teu ngahiji tapi sa ati, milari ridho gusti nu Sajati.
55. Tunggul tong dirurud, catang tong dirumpak, hirup katungkul ku umur, paeh teu nyaho dimangsa. Sing inget kana purwadaksi, purwa wiwitan, daksi wekasan. Hartina sing apal kana diri, asal timana?, cicing dimana? Balik kamana?
56. Urang teh bakal pinanggih jeung poe akhir, nu ngandung harti poe pamungkas, raga ditinggalkeun nyawa, maot pingaraneunana. Bakal digiring kurung keur kuring, bakal dibulen saeneng-eneng, bakal ngagebleg deui jeung mantena.
57. Hirup katungkul ku umur, paeh teu apal dimangsa, numatak rinik-rinik kulit harti, cicing harti ngawincik diri, mun nyaah kana raga sing nyaho kana dasar agama.
58. Positip x posotip= positip. Negative x negative= positip. Positip x negative=negative. Nu bener dibenerkeun eta bener, nu salah disalahkeun eta bener. Nu bener disalahkeun eta salah, nu salah dibenerkeun eta salah.
59. Ratu tara ngahukum, raja tara nyiksa, melak cabe jadi cabe, melak bonteng jadi bonteng, melak hade jadi hade, melak goreng jadi goreng.
60. Ulah taluk pedah jauh, tong hoream pedah anggang, tong cicing pedah tebih jauh kudu dijugjug, anggang kudu diteang, tebih kudu di sungsi
61. Alam nirwana, alam asal, poe panjang, Nagara tunjung sampurna, nu baheula ka alaman, ngan kahalangan ku poho, sabab poe kamari lain poe ayeuna. (Akherat)
62. Wayang nyaeta gambaran kahirupan manusa Nu dipipindingingan ku silip sindir, dihalangan ku siloka sareng sasmita, kalayan dirimbunan ku gunung simbul.
63. Geus loba pangarti nu kapimilik, pangabisa nu geus kapibanda, elmu nu geus katimu. kari diamalkeun
64. Mipit amit, ngala menta, nyukcruk walungan, mapay wahangan, nete taraje, nincak hamalan, ipis lapis, kandel tapel. (malapah gedang)
65. Sing waspada jeung permana tinggal. (Waspada)
66. Inditna ulah ngagidig, nyokotna ulah ngaleos, mawana ulah ngalengkah.
67. Meredih tina ati, menta tina manah. Menekung kanu Maha Agung, muja brata kanu Maha Kawasa
68. Pasti teu bisa dipungkir, kadar teu bisa di singlar, papasten nu tumibar.
69. Sing bisa nilik kana diri, bisa ngukur kana kujur.
70. Elmu teh bakal ngancik tinu nyaring, bakal cicing dinu eling
71. Alam nirwana, alam asal, poe panjang, Nagara tunjung sampurna, nu baheula ka alaman, ngan kahalangan ku poho, sabab poe kamari lain poe ayeuna. (Akherat)
72. Wayang nyaeta gambaran kahirupan manusa Nu dipipindingingan ku silip sindir, dihalangan ku siloka sareng sasmita, kalayan dirimbunan ku gunung simbul.
73. Geus loba pangarti nu kapimilik, pangabisa nu geus kapibanda, elmu nu geus katimu. kari diamalkeun
74. Mipit amit, ngala menta, nyukcruk walungan, mapay wahangan, nete taraje, nincak hamalan, ipis lapis, kandel tapel. (malapah gedang)
75. Sing waspada jeung permana tinggal. (Waspada)
76. Inditna ulah ngagidig, nyokotna ulah ngaleos, mawana ulah ngalengkah.
77. Meredih tina ati, menta tina manah. Menekung kanu Maha Agung, muja brata kanu Maha Kawasa
78. Pasti teu bisa dipungkir, kadar teu bisa di singlar, papasten nu tumibar.
79. Sing bisa nilik kana diri, bisa ngukur kana kujur.
80. Elmu teh bakal ngancik tinu nyaring, bakal cicing dinu eling
81. Kalayan hapunten bilih kirang tata kirang titi duduga peryoga cologog sareng sajabina. Maklum ciri sabumi cara sadesa, bilih aya cara nukacandak ti desa nu kabantun ti kampung nukajingjing ti patepitan, bilih teu sapuk sareng mamanahan. Punten nu kasuhun.
82. Jeng dulur mah tong nepikeun tileletik silih ala pati, tilelemet getreng, tilelembut silih ala umur, tibubudak silih ala nyawa.
83. Ulah nuduh kanu jauh, ulah nyawang kanu anggang, nu caket geura raketan nu dekeut geura deueusan. Moal jauh tina wujud moal anggang tina awak, aya naon jeung aya saha? Tina diri sorangan, cirina satangtung diri. Pek geura panggihan silaturahmi teh jeung diri sorangan, ulah waka nyaksian batur, saksian heula diri sorangan kusorangan weh.
84. Sing diajar nulung kanu butuh, nalang kanu susah, ngahudangkeun kanu sare, ngajait kanu titeuleum, nyaangan kanu poekeun., mere kanu daek, nganteurkeu kanu sieun
85. Saban-saban robah mangsa ganti wanci ilang bulan kurunyung taun, sok mineng kabandungan manusa sanajan ngalamun salaput umur kahayang patema-tema kareup hanteu reureuh-reureuh, dageuning anu bakal karasamah anging kadar ti pangeran, manusa kadar rencana, Kabul aya tinu maha agung, laksana aya tinu maha kawasa.
86. Beurat nyuhun beurat nanggung beurat narimakeunnana. (Kecap nuhun)
87. Nyumput buni tinu caang, negrak bari teu katembong. (Tawadhu)
88. Tong Kabobodo tenjo, kasemaran tingali.
89. Najan Buuk hideung jadi bodas, dada antel kana bumi, buluan belut, jangjangan oray. moal waka wangsul saacan kenging ridho Gusti.
90. Indung anu ngandung bapa nu ngayuga, indung ngandung salapan bulan melendung, tapi indung henteu pundung sabab taqdir tinu maha Agung.
91. Ngeduk cikur kedah mihatur nyokel jahe kedah micarek (Trust – ngak boleh korupsi, maling, nilep, dlsb… kalo mo ngambil sesuatu harus seijin yg punya).
92. Sacangreud pageuh sagolek pangkek (Commitment, menepati janji & consitent).
93. Ulah lunca linci luncat mulang udar tina tali gadang, omat ulah lali tina purwadaksina (integrity harus mengikuti etika yang ada)
94. Nyaur kudu diukur nyabda kudu di unggang (communication skill, berbicara harus tepat, jelas, bermakna.. tidak asbun).
95. Kudu hade gogod hade tagog (Appearance harus dijaga agar punya performance yg okeh dan harus consitent dengan perilakunya –> John Robert Power melakukan training ini mereka punya Personality Training, dlsb).
96. Kudu silih asih, silih asah jeung silih asuh (harus saling mencintai, memberi nasihat dan mengayomi).
97. Pondok jodo panjang baraya (siapapun walopun jodo kita tetap persaudaraan harus tetap dijaga).
98. Ulah ngaliarkeun taleus ateul (jangan menyebarkan isu hoax, memfitnah, dlsb).
99. Bengkung ngariung bongok ngaronyok (team works & solidarity dalam hal menghadapi kesulitan/ problems/ masalah harus di solve bersama).
100. Lain palid ku cikiih lain datang ku cileuncang (Vision, Mission, Goal, Directions, dlsb… kudu ada tujuan yg jelas sebelum melangkah)
102. Bobot pangayun timbang taraju (Logic, semua yang dilakukan harus penuh pertimbangan fairness, logic, common sense, dlsb)
103. Kudu nepi memeh indit (Planning & Simulation… harus tiba sebelum berangkat, make sure semuanya di prepare dulu).
104. Taraje nangeuh dulang pinande (setiap tugas harus dilaksanakan dengan baik dan benar).
105. Ulah pagiri- giri calik, pagirang- girang tampian (jangan berebut kekuasaan).
106. Ulah ngukur baju sasereg awak (Objektivitas, jangan melihat dari hanya kaca mata sendiri).
107. Ulah nyaliksik ku buuk leutik (jangan memperalat yang lemah/ rakyat jelata)
108. Ulah keok memeh dipacok (Ksatria, jangan mundur sebelum berupaya keras).
109. Kudu bisa kabulu kabale (Gawul, kemana aja bisa menyesuaikan diri).
110. Mun teu ngopek moal nyapek, mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngarah moal ngarih (Research & Development, Ngulik, Ngoprek, segalanya harus pakai akal dan harus terus di ulik, di teliti, kalo sudah diteliti dan dijadikan sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan).
111. Cai karacak ninggang batu laun laun jadi dekok (Persistent, keukeuh, semangat pantang mundur).
112. Neangan luang tipapada urang (Belajar mencari pengetahuan dari pengalaman orang lain).
113. Nu lain kudu dilainkeun nu enya kudu dienyakeun (speak the truth nothing but the truth).
114. Kudu paheuyeuk- heuyeuk leungeun paantay-antay tangan (saling bekerjasama membangun kemitraan yang kuat).
115. Ulah taluk pedah jauh tong hoream pedah anggang jauh kudu dijugjug anggang kudu diteang (maju terus pantang mundur).
116. Ka cai jadi saleuwi kadarat jadi salogak (Kompak/ team work).
dlsb.
117. Mulih kajati mulang kaasal (semuanya berasal dari Yang Maha Kuasa yang maha murbeng alam, semua orang akan kembali keasalnya).
118. Dihin pinasti anyar pinanggih (semua kejadian telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa yang selalu menjaga hukum-hukumnya).
119. Melak cabe jadi cabe melak bonteng jadi bonteng, melak hade jadi hade melak goreng jadi goreng (Hukum Yang Maha Kuasa adalah selalu menjaga hukum-2nya, apa yang ditanam itulah yang dituai, kalau kita menanam kebaikan walaupun sekecil elektron tetep akan dibalas kebaikan pula, kalau kita menanam keburukan maka keburukan pula yg didapat…. kira-2 apa yang sudah kita tanam selama ini sampai-2 Indonesia nyungseb seeeeeb )? )
120. Manuk hiber ku jangjangna jalma hirup ku akalna (Gunakan akal dalam melangkah, buat apa Yang Maha Kuasa menciptakan akal kalau tidak digunakan sebagai mestinya).
121. Nimu luang tina burang (semua kejadian pasti ada hikmah/ manfaatnya apabila kita bisa menyikapinya dengan cara yang positive).
122. Omat urang kudu bisa ngaji diri (kita harus bisa mengkaji diri sendiri jangan suka menyalahkan orang lain)
123. Urang kudu jadi ajug ulah jadi lilin (Jangan sampai kita terbakar oleh ucapan kita, misalnya kita memberikan nasihat yagn baik kepada orang lain tapi dalam kenyataan sehari- hari kita terbakar oleh nasihat-2 yang kita berikan kepada yang lain tsb, seperti layaknya lilin yang memberikan penerangan tapi ikut terbakar abis bersama api yang dihasilkan).
dlsb.
124. Gunung teu meunang di lebur, sagara teu meunang di ruksak, buyut teu meunang di rempak (Sustainable Development ~ Gunung tidak boleh dihancurkan, laut tidak boleh dirusak dan sejarah tidak boleh dilupakan… harus serasi dengan alam.).
125. Tatangkalan dileuweung teh kudu di pupusti (Pepohonan di hutan ituh harus di hormati, harus dibedakan istilah dipupusti (dihormati) dengan dipigusti (di Tuhankan) banyak yang salah arti disini).
126. Leuweung ruksak, cai beak, manusa balangsak (hutan harus dijaga, sumber air harus dimaintain kalo tidak maka manusia akan sengsara).

Kamis, 07 Februari 2013

Ulah Kawas Lampah Beunteur


”Tamiang meulit kabitis”… salah sahiji cacarekan kolot, cacarekan eta bisa di pake alus atawa goreng, nu artiannamah meureun kawas keu, satiap pepelakan atawa kalakuan urang boh hade boh goreng pasti bakal ka panen deui ku urang.
kadang-kadangmah sok asa ohokkeun mun ningal tingkah polah manusa, ngudag-ngudag hayang bungah bari cicing teh di alam dunya, geus puguh mertela kembang boled dina katerangan oge dunyamah alam fana. ayena hayang bungah di alam dunya da moal bisa isuk-isuk, geus di udag-udag ku kabutuh beurang sumawona…sore sarua keneh.
Ngan sok sanajan kitu  genteng-genteng ulah potong, da kulantaran urangmah sifating jalmi nu ngabogaan akal jeung pikir, ngan ulah sok kalalajoanan, kusabab di dunya ukur saliwat ngan ukur keur melak pikeun peutikeun mangsa di alam padang narawanag, molongpong jalan ka gedong. jalan panjang sasapuan, nu ngaliwat panto maot tea, da atuh apan aya paribasa. kuring jeung kurung bakal di giring. mulih kajatina mulang ka asalna. asal ti pangerang balik deui ge kapangeran…mudah-mudahan eta nu di piharep. (Lampah beunteur ku urang ulah di tiru odoh baranghakan, nejo cacing ngaringkeul di caplok,teu nyahoeun di jerona aya useupan.
punten akh sanes hayam mamatahan nitah ngojay kameri, tapi ieumah ngan panggeing keur urang salaku manusa. teu kudu adug-adugan ngudag-ngudag kadunyaan, da ari maotmah teu di bawa, di boehan oge kunu hirup. nganukur amal perbuatan nu bakal jadi panganteur, diri nu sajati.kulantaran ceunah ari manusamah mun geus maot teh teu sarua jeung sato… gaus  puguh ari ku bilatungmah, tapi di samping ku bilatung aya deui balitung.
Eling-eling mangka eling..rumingkang di bumi alam darma wawayangan bae, raga taya pangawasa. Nafsu nu matak kaduhung, badan nu katempuhan… Cag..ah….!!!.

Conto Pupuh


Eling – eling mangka eling
Rumingkang di bumi alam
Darma wawayangan bae
Lamun kasasar nya lampah
Mangsa nu matak kaduhung
Badan anu katempuhan
Lampah beunteur
Ku urang ulah ditiru
Aya cacing ngarengkol teu ditingali
Teu nyaho jerona aya useupan.

Antara Manusia dan Pendidikan Islam | Artikel Makalah

Antara Manusia dan Pendidikan Manusia sebagai PendidikLahirnya seorang anak diperlukan bantuan atau usaha untuk menyongsong suatu dunia yang tebuka yang serba mungkin, dalam hal ini orang tua/orang dewasa berperan dan mempunyai kewajiban mengulurkan tangan untuk mendidiknya ke arah kemampuan melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri dan bertanggung jawab. Bakat pembawaan bersama kelahirannya yang disebut “fitrah” dalam kehidupan manusia dengan bimbingan dan arahan melaui pendidikan.
Manusia dilahirkan dalam keadaan yang belum berspesialisasi dan belum terspesialisasi. Ia dilahirkan dalam keadaan belum dapat menolong dirinya sendiri, juga dalam hal–hal yang sangat vital bagi kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, pada masa itu dan masa setelah itu isi hidupnya masih perlu dibantu. Dengan kata lain, pada saat manusia berada dalam keadaan tersebut perlu bantuan, dan bantuan harus datang dari pihak lain. Tanpa bantuan dari pihak lain manusia tidak mungkin dapat melangsungkan hidupnya. Bantuan terebut tidak saja untuk kehidupan fisikya, akan tetapi juga kehidupan sosialnya. Dalam hal ini orang tua dan para pendidik sangat bertanggung jawab untuk kelangsungan pendidikan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang antara kedua pihak, yang selanjutnya memungkinkan lahirnya saling identifikasi antara keduanya.
Pada dasarnya anak yang lahir belum tersepesialisasi itu, ia harus mempersiapkan diri dan mendapatkan suatu cara dalam melaksanakan kehidupan dan tugas hidupnya kelak. Dengan kata lain, ia harus menentukan keperibadiannya, ia harus menentukan eksistensinya. Ia harus menentukan arah hidupnya. Ketika ia sudah berada di tengah- tengah kehidupan, ia harus belajar hidup. Dengan demikian berarti manusia mempunyai kesempatan untuk berlatih lebih lama, untuk melaksanakan hidupnya. Inisiatif dan kereasi manusia merupakan manifestasi dari hakekat manusia sebagai mahluk yang bebas. Dan modal kebebasannya itu, manusia mengarungi kehidupannya, menghadapi dan menghidupi dunianya. Inisiatif merupakan penggerak bagi eksplorasinya di dalam dunianya daya kereasi merupakan penggugah manusia untuk bereksperimen dengan imajinasinya.
Inisiatif dan daya kereasi ini hanya dapat terlaksana melalui bimbingan dan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan hidup manusia. Inisiatif dan daya kereasi, penemuan dan penciptaan alat yang serasi dutujukan ke arah kemampuan penanggulangan yang dihadapi dan dihidupi dalam istilah “ menghidupi “ dan “ menghadapi “ lingkungan, tersirat bahwa manusia itu bersikap ganda terhadapnya. Pada suatu pihak manusia menyatu dengannya, ia tidak dapat lepas dari padanya, ia ada di dalamnya. Ini suatu realitas. Maka, dalam segala tingkah laku perbuatannya ia harus menghitung dan memperhatikan lingkungannya.
Menurut Soelaeman bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungannya, tersirat pula dalam konsep “ posisi eksentris “ manusia terhadap lingkungannya. Artinya, manusia tidak selesai dalam dirinya sendiri. Ia tidak berpusat pada dirinya sendiri. Pusat manusia ada diluar dirinya. Ia menggerak ke dunia luar dirinya, Tuhan dan lingkungannya, termasuk pertautannya dengan lingkungan budaya dan sosial, sebagaimana telah diuraikan pada bahasan sebelumnya.
Manusia sebagai mahluk yang dapat didik sebagaimana yang durumuskan oleh Langevel merumuskan manusia sebagai “animal cducandum“ sebagai “hewan” yang perlu didik, agar ia dapat melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri. Secara implisit, rumusan ini mencakup pula pandangan bahwa manusia itu adalah “animal educable“, bahwa manusia itu adalah “ hewan ‘ yang dapat didik sekiranya tidak dilandasi anggapan, bahwa manusia dapat didik.
Manusia sebagai hewan yang perlu didik, yang berasumsikan pada suatu pandangan bahwa manusia sebagai mahluk yang dapat didik. Akan tetapi sebaliknya, pandangan bahwa manusia dapat dididik tidak dengan sendirinya, mengimplikasikan bahwa manusia perlu didikan. Jadi kita ini dihadapkan kepada pertanyaan, apakah manusia itu memang perlu mendapatkan pendidikan? Untuk memungkinkan seorang bayi kelak hidup sebagai manusia dan melaksanakan tugas hidup kemanusiaan, ia perlu didikan dan dibesarkan oleh manusia dalam lingkungan kemanusiaan. Dengan perkataan lain, ia harus “dimanusiakan“. Oleh karena itu, pendidikan ada kalanya pula disebut sebagai “pemanusiaan manusia “.
Jelaslah, bahwa kemanusiaan berjalan tegak di atas kedua kakinya, kemampuan bicara manusia dan perbuatan-perbuatan lain yang dianggap lazim dilakukan manusia, merupakan hasil belajar dari lingkungannya, di bawah bimbingan orang lain. Adapun lebih jelasnya Sanusi mengungkapkan bahwa pendidikan disini sebagai peroses mendidik atau membelajarkan peserta didik yang diasumsikan sebagai mahluk yang mempunyai beberapa fungsi seperti membantu, menumbuhkan dan mentransfortasikan nilai-nilai positif sambil memperdayakan serta mengembangkan potensi-potensi peserta didik.
Dengan demikian, suatu keharusan bahwa manusia itu ialah makhluk yang perlu dididik, selanjutnya pendidikan dapat dikelompokan menjadi dua aspek yaitu pendidikan umum dan pendidikan agama Islam sebagai mana tertera dibawah ini.

Pendidikan Umum
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa asal kata “ pendidikan “ adalah “ didik “. Apabila ditambah awalnya “ me “, menjadi “ mendidik “ artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan, diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan akhlak dan kecerdasan pikiran. Jadi, pengertian pendidikan ialah peroses pengubahan sifat dan tingkah seorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.

Persoalan batas pendidikan diartikan ada sebuah anggapan bahwa pendidikan ada batasnya. Sejauhmana pendidikan dapat mendidik anak didiknya? Pertanyaan ini dapat dijawab dari tiga sudut pandang, dari sudut pandangan waktu pelaksanaannya, dari sudut pandang tujuan dan dari sudut pandang pribadi yang bersangkutan.

Bila mengkaji masalah pendidikan secara luas, merupakan dasar kepribadian, kemajuan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kemajuan sosial pada umumnya. Kemajuan ilmu telah mengubah cara berfikir manusia saat ini. Ilmu telah menjadi dasar perkembangan teknologi. Sedangkan teknologi telah menjadi tulang punggung pembangunan dan kehidupan modern dalam meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia.

Pendidikan bertujuan untuk membina dan membekali setiap anak didik untuk memperoleh kemampuan dalam nilai, sikap, keterampilan pengetahuan, kecerdasan berkomunikasi, yang dapat berguna terutama bagi dirinya, bagi keluarganya, masyarakat, agama, bangsa dan negara.

Sependapat dengan Hamijoyo bahwa perkembangan negara yang sudah membangun yang ditandai oleh kemajuan dalam berbagai hal, seperti kemajuan ilmu dan teknologi, industri, mental dan spiritual, maka pendidikan harus dapat menunjang pembangunan bangsa dalam arti yang iuas.

Pendidikan harus dapat menunjang pembangunan bangsa dalam arti yang luas, yaitu menghasilkan tenaga-tenaga pembangunan yang terampil, menguasai ilmu dan teknologi sesuai dengan kebutuhan pembangunan ekonomi, dan bersama dengan itu mendidik manusia, masyarakat Indonesia modern dan berpandangan hidup Pancasila.

Pendidikan sebagai peroses meningkatkan nilai individu atau masyarakat dari keberadaan tertentu menjadi suatu keadaan yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, bahwa tujuan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan peroses pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan Islam 
Pendidikan Islam menurut Muhtar Buchari berarti: a) segenap kegiatan yang dilakukan seorang atau lembaga untuk menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri sejumlah siswa; atau b) Keseluruhan lembaga-lembaga pendidikan yang mendasarkan segenap program, kegiatan, maupun pandangan pendidikannya berdasarkan ke islaman.

Langgulung memperjelas bahwa pendidikan bukanlah sekedar pengajaran pengetahuan dan keterampilan-keterampilan pemikiran serta pengetahuan tehnik, seperti halnya pandagang ekonomi yang sempit. Pendidikan adalah proses pengembangan sosial, pengembangan jasmani, pemikiran, intelektual, emosi, dan akhlak yang berfungsi menyiapkan individu agar memberi sumbangan efektif dalam kehidupan sosial, yakni menyiapkan manusia aktif dan kreatif dalam segala bidang. Dengan demikian, manusia sebagai makhluk berpendidikan ia dituntut untuk mencari ilmu sesuai dengan hadits Nabi SAW., yang artinya : “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat “. Selanjutnya ilmu itu harus diamalkan sepanjang hayat ditengah masyarakat. .

Secara luas program pendidikan Islam bertujuan menciptakan kebudayaan Islam dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan kepada nilai-nilai dan norma-norma Islam yang berorientasi kepada Tuhan pencipta alam semesta dan menjadi dasar pengembangan sikap, dedikasi dan moralitas hidup dan kehidupan atau berhubungan dengan sesama manusia sebagai dasar pengembangan hidup sosial dan budaya serta berorientasi ke arah hubungan alam sekitarnya sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan.

Manusia sejak lahir selalu berinteraksi dengan manusia lain, seperti bayi yang disuapi jika ingin makan dan begitipun manusia dewasa, jika ia tidak mampu mengerjakan sesuatu ia meminta bantuan orang lain. Selanjutnya, bahwa manusia hanya akan menjadi manusia kerena pendidikan. Mendidik “memanusiakan manusia “ untuk menjadikan manusia yang beriman diperlukan pendidikan . Yang pasti pendidikan disandarkan pada ajaran-ajaran al-Quran dan hadits.

Sebagaimana Langgulung mengatakan bahwa perkembangan fitrah manusia adalah aspek tertinggi dari tujuan pendidikan. Menurut Ia “ fitrah “ itu adalah sifat-sifat Tuhan yang ditiupkan kepada manusia sebelum lahir dan pengembangan sifat-sifat itu adalah dengan beribadah kepada Allah sesuai dengan firman Allah QS al-. Dzariat: 56, artinya : “ Tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali agar mereka menyembah (Ibadah) kepada-Ku”.

Selanjutnya Arifin menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia melalui pelatihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan, dan indera.

Menilik pada uraian diatas bahwa tujuan pendidikan adalah terwujudnya kepribadian muslim yang paripurna dalam mengembangkan dunia akhirat yang berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt (Mahpuddin Noor, 1989 ; 15). Dengan kata lain, pendidikan Islam selalu menempatkan pada pembentukan hati nurani, menanamkan dan mengembangkan sifat-sifat Illahinya yang jelas dan pasti, baik dalam hubungan manusia dengan Yang Maha Perncipta, dengan sesamanya, maupun dengan alam sekitar.

Lebih jelasnya menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya, bahwa pendidikan Islam sebagai sebuah usaha sistematis, memerlukan teori atau ilmu untuk melaksanakannya. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa, pendidikan Islam adalah pengembangan seluruh potensi anak didik secara bertahap menurut ajaran Islam. Dengan demikian, teori yang dibutuhkan untuk memandu atau sebagai pedoman dalam melaksanakan pendidikan Islam tersebut, seharusnya merujuk pada ajaran Islam.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai makhluk pendidikan, ia selalu bersosialisasi dengan lingkungan dan masyarakat, baik didalam keluarga maupun diluar lingkungan keluarga. Manusia sangat membutuhkan hidup dan kelangsungan hidupnya, ia memerlukan bimbingan, arahan, bantuan dan pendidikan merupakan dasar untuk mencapai kehidupan yang bermanfaat dalam meningkatkan kepribadian manusia yang terdidik. Sebagai pendidik, sebagai manusia yang berpendidikan baik jasmani maupun rohani ke arah kemampuan manusia yang sermpurna.

Adalah amat dinamis makna firman Allah dalam kitab suci al-Quran yang menyatakan, bahwa “ Allah tidak akan merubah nasib sesuatu bangsa (umat) sehingga mereka berusaha keras untuk merubah nasibnya sendiri “ (QS.Ar-ra’du: 11). 
Semoga artikel sederhana ini bermanfaat..

Baca juga artikel menarik tentang Pendidikan Diskriminasi Ilmu Umum dan Ilmu Agama.

Manusia Makhluk Sosial Budaya

Manusia sebagai makhluk sosial
Kata sosial berasal dari kata socius (Latin). Ini bermakna dan mengandung arti bersatu, terikat, sekutu, dan peserta. Setiap manusia dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan tak berdaya. Ia memiliki insting atau hasrat hidup bersama, yang dalam istilah agama disebut “fitrah”. Individu membutuhkan orang lain untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia. Manusia memiliki kesamaan – kesamaan umum yang memungkinkan mereka membangun bersama – sama dalam kehidupan bermasyarakat. Pribadi bukan untuk diri sendiri saja, melainkan bagi sesama dalam kehidupan bersama, yaitu kebersamaan dalam hubungan sebagai pribadi dan warga masarakat, di tengah lingkungan sosial dan alam yang dianugerahkan Allah Swt kepada makluknya.
Dalam masyarakat terdiri atas manusia individu yang unik dalam berbagai kelompok yang heterogen dan beragam latar belakang. Mereka hidup bersama dalam keluarga, masyarakat, negeri, bangsa dan dunia. Tiap kelompok dengan individu – individu warganya dicita – citakan menyatu dalam keagamaan. Dalam kelompok besar masyarakat bangsa dan Negara kita inginkan terwujud kebersamaan dari berbhineka tunggal ika. Pendidikan adalah media utama untuk mewujudkan keunikan perkembangan kepribadian tiap manusia sebagai peserta didik dalam hubunga kebersamaan.
Pendapat Sinolungan bahwa kebersamaan lebih dimungkinkan oleh adanya kesamaan umum (komonalitas) pada tiap keluarga dalam suatu masyarakat. Manusia dengan kesamaan umum atau komonalitas dan individualitasnya selaku totalitas homo trieka perlu saling menerima, mengormati keberadaan, dan saling bantu dalam kebersamaan.
Sebagai kelompok sosial yang paling melekat dengan individu, keluarga juga menjadi tempat meletakan landasan – landasan keimanan dan ketakwaan (IMTAK) individu yang masih muda belia kepada Al – Khalik Yang Maha Esa. Keluarga sebagai lembaga sosial yang dikenal dan menjadi wadah pertama serta utama pembina individu menjadi makhluk sosial, keluarga mempunyai multi fungsi dalam berbagai dimensi kehidupan. Selain itu keluarga juga wajib menjamin kesejahteraan materi para anggotanya.
Di dalam undang–undang No. 02 Tahun 1989 Bab II pasal IV Sumaatmadja menyebutkan tentnag tujuan pendidikan nasional yaitu : “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki budi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesejahteraan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Berdasarkan konsep tujuan pendidikan di atas, keluarga adalah sebagai lembaga pendidikan dalam membina manusia Indonesia, untuk menciptakan SDM yang berkualitas dimasa mendatang, menjadi tantangan dan tuntutan keluarga untuk menciptakan suasan yang serasi dalam membina anak – anak menjadi anggota masyarakat (makhluk sosial) sesuai dengan karakter bangsa Indonesia yang ber-Pancasila.

Manusia sebagai makhluk budaya
Manusia sebagai makhluk hidup yang lahir dimukabumi, namun demikian manusia telah membawa perubahan yang sangat cepat dan besar pada bentangan alam yang ditempatinya. Budaya sebagai hak paten manusia, artinya secara biologis manusia sama saja dengan hewan dilahirkan dengan kelengkapan organ tubuh yang menjadi bagian dirinya ditengah – tengah alam lingkungan yang sama dengan apa yang dialami makhluk hidup lainnya. Meskipun demikian manusia tidak terperangkap oleh hal–hal yang alamiah saja. Manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, mampu melepaskan diri dari keterbatasan – keterbatasan baik keterbatasan nalurinya maupun keterbatasan fisik – biologisnya. Hal yang paling bermakna bagi manusia, akal dan kemampuan intelektualnya. “berkembang dan dapat dikembangkan”.
Perkembangan dan pengembangan akal pikiran manusia menghasilkan apa yang disebut “kebudayaan”. Konsep tentang kebudayaan sendiri asalnya dari bahasa Sanskerta, kata buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti “ budi “ atau akal “. Oleh karena itu, kebudayaan dapat diartikan sebagai “ hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal “. Kata ”kebudayaan” berarti usaha dan hasil usaha manusia menyelesaikan keinginan dan kehendak untuk hidup dengan alam yang ada disekelilingnya, kebudayaan manusia akan selalu mengalir ibarat air sungai menerima dan memberi, merupakan sejarah hidup manusia di dunia .
Selanjutnya menurut pendapat C.P.Kottak sebagai berikut :
All human population have culture, which is therefore a generalized possession of genus homo.This is Culture (capital C) in ? general sense, a capacity and possession shared by homonids .Finnaly there is cultural learning.This depends on the uniquely developed human capacity to use symbols,signs the have no necessary ornatural connection with the things for which they stand.
Berdasarkan pernyataan Kottak di atas, kebudayaan itu merupakan milik umum dari jenis manusia, kemampuan yang hanya dimiliki oleh manusia. Kebudayaan ini merupakan hasil belajar yang sangat bergantung pada pengembangan kemampuan manusia yang unik dalam memanfaatkan simbol, tanda – tanda atau isyarat, yang tidak ada paksaan atau hubungan alamiah dengan hal–hal yang mereka pertahankan.
Selanjutnya menurut Imran bahwa kebudayaan merupakan sinonim dari perilaku. Akan tetapi variasi dalam perilaku yang diamati termasuk ke dalam jajaran tertentu dan memperlihatkan distribusi tertentu dalam jajaran.
Karakteristik perilaku inilah yang memungkinkan antropologi untuk membangun “konstruk kebudayaan” dengan membentuk rata – rata dari variasi tertentu yang dimasukan ke dalam masing –masing pola budaya yang nyata dan kemudian menggunakan rata – rata ini sebagai simbol bagi pola budaya yang sebenarnya.
Problem – problem yang dihadapi manusia dalam kebudayaan modern, dimana kebudayaan lebih dominan pada saat ini, semangatnya berasal dari cita – cita Barat untuk melepaskan diri dari agama. Dalam masyarakat modern yang berteknologi tinggi, manusia menghadapi mekanisasi kerja. Yakni alat-alat produksi baru yang dihasilkan oleh teknologi modern dengan proses mekanisasi, otomatisasi, dan standarisasi.
Ternyata manusia cenderung menjadi elemen yang mati dari peruses produksi.Teknologi modern telah memperbudak manusia sekedar menjadi otomat dari proses produksi, memperbudak masyarakat untuk mengkonsumsi kebutuhan - kebutuhan semu yang diproduk olehnya.
Manusia yang semula merdeka, yang merasa menjadi pusat dari segala sesuatu, kini telah diturunkan derajatnya menjadi tak lebih sebagai bagian dari mesin. Mesin raksasa teknologi modern. Karena itu manusia di zaman modern ini menjadi terbelanggu oleh proses teknologi. Ia teralienasi dari kerjanya sendiri, sesamanya dan masyarakatnya.
Masyarakat yang telah mencapai tingkat modern, bukan dikatakan kebudayaannya modern, melainkan pradabannya modern. Contoh dalam sejarah dikatakan “peradaban Mesir Kuno”, bukan ”kebudayaan Mesir Kuno”, yaitu Mesir saat itu telah ada pada tahap kebudayaan maju yang dicirikan oleh tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang telah maju. Padahal untuk masyarakat lain saat itu, masih belum mencapai tingkat kebudayaan yang disebut peradaban tersebut.
Sumaatmadja berpendapat bahwa suatu masyarakat yang telah mencapai peradaban tertentu, berarti telah mengalami evolusi kebudayaan yang lain dan bermakna sampai tahap tertentu yang diakui tingkat IPTEK dan unsur–unsur budaya lainnya. Pada akhirnya proses modernisasi ini akan menghasilkan “manusia modern”. Selanjutnya Alex Inkeles, menyatakan bahwa dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kemodernan seseorang, maka pendidikan yang paling utama. Derajat kemodernan seseorang berbanding lurus dengan tingkat pendidikannya. Oleh karena pendidikan menempati kedudukan, fungsi dan peranan sangat penting serta bermakna dalam meningkatkan derajat kemodernan orang yang bersangkutan.
Proses modernisasi dalam kehidupan masyarakat banyak sedikitnya dipengaruhi dalam ke hidupan keberagamaan seseorang yang sangat kuat kekuasaannya tertanam dalam hati sanubari setiap insan. Pengaruh agama itu dapat menjadi kuat atau lemah berdasar kuat lemahnya, kepercayaan kepada agama itu.
Manusia yang beragama tentu dalam hidup dan kehidupannya akan terlihat pengaruh agama yang dianutnya. Agama dan kebudayaan sebagai pandangan hidup dan hasil kreativitas manusia, tidak terlepas oleh arus perkembangan zaman dan modernisasi kebudayaan itu. Keunggulan tersebut tercermin dalam prestasi mengagumkan yang mengarah pada kesempurnaan hidup. Menggambarkan kebudayaan, Pranjoto mengungkapkan, didalam kontak kehidupan sosial budaya, dapat kita saksikan bagaimana para ilmuwan, sejarawan, para sarjana dan para filosof memanfaatkan konsep budaya zamannya untuk merumuskan pandangan hidup yang artistik yang religius, humanistik, dan saintifik. Karya – karya dari tokoh semacam Palto, Heigel, Dewton, Picasso, Dewey, Einsten adalah contoh dari produk budaya yang dilandasi oleh kehidupan zaman.
Kebudayaan dalam konsep Islam, sangat berkaitan dengan fungsi akal yang melahirkan perbuatan sadar manusia. Keharusan memahami wahyu dengan akalnya menjadikan akal berfungsi sebagai medium bagi manusia untuk mengerti kehadiran Allah SWT yang telah menciptakannya.
Berfungsinya akal kemudian mendorong berkembangnya ilmu dan selanjutnya berdasarkan ilmu yang dikemukakannya, manusia melakukan tindakan berpola dan lahirlah kebudayaan. Dengan demikian, kebudayaan dalam Islam merupakan media manusia untuk memberdayakan dirinya dalam berhubungan dengan Allah SWT dan alam sekitarnya (Hablum minallah wa hablum minal alam).
Kemudian menurut pendapat Arifin bahwa meletakkan agama pada posisi dan fungsi yang mampu menjadikan agama tersebut ke arah dinamika hidup manusia dalam pengembangan ilmu, teknologi dan seni serta kemasyarakatan dan kenegaraan dan sebagainya. karena agama dalam posisi dan fungsi demikian, maka agama tidaklah menjadi penghalang/penghambat kemajuan, sekurang – kurangnya sebagai katalisator problem – problem kehidupan. Sudah barang tentu agama yang dapat diharapkan untuk berperan demikian adalah agama yang ajaran – ajarannya secara intrinsik dan ektrinsik memberikan pedoman bagi kehidupan manusia. Dalam rangka mengembangkan kebudayaan yang berfungsi untuk memberdayakan dan mensejahterakan umat manusia nampaknya kita tidak dapat melupakan betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sebab ilmu dan pengetahuan memegang peranan sentral dalam melahirkan bentuk – bentuk kebudayaan.
Pendapat Amin Rais, ada dua ekstrimitas respon yang diberikan manusia apabila kepadanya diajukan ramalan tentang kecenderungan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa depan.
Ekstrim pertama, akan melihat kecenderungan tersebut secara optimis berlebihan dan beranggapan mesti begitulah kehidupan modern. Mereka menganggap ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai variable perubahan bersifat mutlak dan dominan.
Ekstrim kedua, justru melihat secara pesimis berlebihan. Mereka melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sumber bencana bagi masa depan manusia.
Menurut pendapat – pendapat di atas, nampaknya merupakan pandangan yang terlampau berlebihan dengan hanya didasarkan atas keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini secara sepihak. Padahal sebenarnya jika dipahami secara konseptual menurut Ali Syariati, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan cabang studi yang berkenaan dengan dunia fisik dan fenomenologi. Sedangkan menurut Amin Rais, pada kaitan ini bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan image mental manusia mengenai hal yang kongkrit dan bertugas menemukan hubungan prinsip, kualitas, karakteristik dalam diri manusia, claim dan entitas – entitas lainnya, serta berarti juga penerapan pengetahuan teoritis pada masalah – masalah praktis (the application of theoretical knowledge to practical problem). Pengetahuan dan teknologi menurutnya hanyalah merupakan alat aktualisasi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya.
Sesuai dengan pendapat tersebut di atas, Marwah Daud menambhakan bahwa keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat membantu manusia untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, dapat membantu manusia mensyukuri nikmat Allah dan membantu manusia menjalankan tugas kemanusiaannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan rahmat dari Allah Swt yang dapat membantu manusia meningkatkan taraf kehidupannya, dan mempertahankan kehidupannya sebagai wujud fungsinya.
Sehubungan dengan pendapat di atas bahwa agama amat berpengaruh pada manusia dan kebudayaan perlu ditanamkan pada benak pemikir kita, demi kemajuan kebudayaan dan ilmu pengetahuan sebagai cita–cita bangsa dan kebangkitan Islam kembali di abad modern.