Penerapan pendekatan keterampilan merupakan modal utama bagi seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di Sekolah. Selain itu juga perencanaan dalam melaksanakan pembelajaran harus diperhatikan. Dengan memperhatikan perencanaan dan perkembangan perencanaan bahasa, guru dituntut untuk dapat menyusun perencanaan dan pengembangan program dalam pengajaran, yang bertolak dari berbagai pendekatan yang dapat dipergunakan.
Penolakan / Kontra Terhadap Pendekatan Whole Language.
Pendekatan Whole Language yaitu pendekatan dirancang dengan menggunakan tema atau topic-topik tertentu. Pendekatan itu menurut hemat penulis memang kurang akurat. Seperti kita ketahui bahwa pendekatan dengan menggunakan tema atau topic-topik hanya dilakukan di Kelas I sampai Kelas III. Berarti pendekatan Whole Language hanya bias digunakan untuk kelas rendah saja. Padahal pelajaran bahasa Indonesia tidak hanya dipelajari di Kelas rendah, untuk Kelas IV keatas, malah sampai perguruan tinggi pun bahasa Indonesia masih tetap dipelajari dan didalami. Dengan hanya bertilak dari tema- tema atau topic-topik tertentu berarti hasil yang diharapkan tidak akan maksimal sebab tema-tema tersebut tidak sepenuhnya mengacu pada pembelajaran bahasa Indonesia yang diharapkan, juga komponen-komponen pengembangan pendekatannya kurang sistematis.
Apalagi dalam merancang suatu pendekatan itu prosedurnya harus jelas, logis dan rasional. Jadi dalam rancangannya itu pengembangan komponen-komponennya harus berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Akan tetapi setelah dipahami komponen-komponen itu tidak tercantum dalam pendekatan Whole Language. Pendekatan Whole Language yang mengintegrasikan tema-tema dengan mata pelajaran yang lainnya.
Solusi Dari Permasalahan / Penolakan Pendekatan Whole Language.
Yang menjadi titik tolak dari permasalahan ini yaitu:
1. pendekatan Whole Language yang kurang sistematis, maksudnya karena dalam pendekatan itu harus tersusun dari mulai langkah-langkah, perumusan tujuan, dan komponen-komponen.
Seperti halnya dalam kehidupan kita, hanpir seluruh kehidupan ini mengarah kepada suatu system. Demikian pula lembaga-lembaga pendidikan, pemerintah, kemasyarakatan atau juga bahasa, merupakan senuah system. Di dalam system itu terdapat sebuah sub system yang masing-masing sub system itu saling terkait untuk menuju suatu kesatuan yang terorganisir dalam mencapai tujuan.
Seperti yang dikemukakanh oleh James Harvey “Suatu prosedur yang lodis dan rasional untuk merancang suatu pengembangan komponen-komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Metodologisnya mencakup penspesifikasian tujuan-tujuan dalam perumusan yang terukur, pengembangan dari pendekatan-pendekatan yang mungkin, seleksi sarana-sarana yang sesuai guna terciptanya tujuan-tujuan, memadukan pendekatan-pendekatan menjadi lebih terpadu dan pengevaluasian keefektifan system itu dalam mencapai tujuan”.
Selain itu juga ada metode yang mendukung terhadap ketidak setujuan dari pendekatan Whole Language yaitu pendekatan system / pendekatan structural. Berdasarkan pendekatan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa:
2. dalam pendekatan Whole Language tidak tercantum komponen-komponen atau unsure-unsur program diantaranya adalah tujuan-tujuan program, seleksi dasar, seleksi dasar kegiatan belajar mengajar, rasional dan pendekatan terhadap evaluasi, karakteristik-karakteristik siswa, klim situasi kelas, system penunjang administrasi, karakteristik-karakteristik guru dan gaya implementasi. Unsur-unsur itulah yang harus diperhatikan dalam perencanaan.
Hal ini sesuai dengan pendekatan structural yang sangat baik dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan structural untuk mengidentifikasi unsur-unsur program.
Sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran bahasa Indonesia serta sesuai dengan pokok-pokok. Kebijaksanaan pendidikan dan kebudataan dalam GBHN, fungsi bahasa Indonesia dlam hubungannya dengan pendidikan nasional adalah sebagai mata pelajaran dasar pokok, sebagai bahasa pengantar disemua jenis dan jenjang pendidikan, sebagai bahasa penalaran, sebagai bahasa pengungkap pengembangan diri hasil pendidikan.
Sebagai mata pelajaran dasar pokok, bahasa Indonesia yang diajarkan adalah bahasa dengan cirri serta syarat ragan bahasa baku, baik ragam lisan maupun tulisan dan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan bahasa kebudayaan yang berfungsi sebagai bahasa moderen.
Sebagai bahasa pengantar, penalaran dan pengungkapan pengembangan diri, bahasa Indonesia yang dipakai dilembaga pendidikan mempunyai cirri-cirinya yaitu mempunyai kemampuan menjalankan tugas sebagai alat komunikasi, penyampaian informasi secara tepat dengan berbagai konotasi,juga mempunyai keluwesan sehingga dapat dipergunakan untuk mendeskripsikan atau mengekspresikan makna-makna baru.
Sebagai alat pengungkap rasa dan ilmu yang tumbuh dan terus berkembang, bahasa Indonesia tentu saja tidak terhindar dari sentuhan dan pengaruh masyarakat yang memahaminya, baik yang berupa perubahan nilai dan struktur maupun berupa tingkah laku sosial lain.
Kesimpulan
Dari pemaparan tersebut daoat disimpulkan bahwa pendekatan Whole Language masih kurang sistematis karena dalam suatu pendekatan itu semua system / komponen-komponen yang terlibat harus terorganisasi tidak bekerja sendiri-sendiri, tetapi bekerja sebagai suatu system yang terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, kosadi dan Rahmina, Iim. 1990. Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Binacipta.
Yang berminat membeli busana muslim silahkan kunjungi : Baju Koko Murah.
Penolakan / Kontra Terhadap Pendekatan Whole Language.
Pendekatan Whole Language yaitu pendekatan dirancang dengan menggunakan tema atau topic-topik tertentu. Pendekatan itu menurut hemat penulis memang kurang akurat. Seperti kita ketahui bahwa pendekatan dengan menggunakan tema atau topic-topik hanya dilakukan di Kelas I sampai Kelas III. Berarti pendekatan Whole Language hanya bias digunakan untuk kelas rendah saja. Padahal pelajaran bahasa Indonesia tidak hanya dipelajari di Kelas rendah, untuk Kelas IV keatas, malah sampai perguruan tinggi pun bahasa Indonesia masih tetap dipelajari dan didalami. Dengan hanya bertilak dari tema- tema atau topic-topik tertentu berarti hasil yang diharapkan tidak akan maksimal sebab tema-tema tersebut tidak sepenuhnya mengacu pada pembelajaran bahasa Indonesia yang diharapkan, juga komponen-komponen pengembangan pendekatannya kurang sistematis.
Apalagi dalam merancang suatu pendekatan itu prosedurnya harus jelas, logis dan rasional. Jadi dalam rancangannya itu pengembangan komponen-komponennya harus berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Akan tetapi setelah dipahami komponen-komponen itu tidak tercantum dalam pendekatan Whole Language. Pendekatan Whole Language yang mengintegrasikan tema-tema dengan mata pelajaran yang lainnya.
Solusi Dari Permasalahan / Penolakan Pendekatan Whole Language.
Yang menjadi titik tolak dari permasalahan ini yaitu:
1. pendekatan Whole Language yang kurang sistematis, maksudnya karena dalam pendekatan itu harus tersusun dari mulai langkah-langkah, perumusan tujuan, dan komponen-komponen.
Seperti halnya dalam kehidupan kita, hanpir seluruh kehidupan ini mengarah kepada suatu system. Demikian pula lembaga-lembaga pendidikan, pemerintah, kemasyarakatan atau juga bahasa, merupakan senuah system. Di dalam system itu terdapat sebuah sub system yang masing-masing sub system itu saling terkait untuk menuju suatu kesatuan yang terorganisir dalam mencapai tujuan.
Seperti yang dikemukakanh oleh James Harvey “Suatu prosedur yang lodis dan rasional untuk merancang suatu pengembangan komponen-komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Metodologisnya mencakup penspesifikasian tujuan-tujuan dalam perumusan yang terukur, pengembangan dari pendekatan-pendekatan yang mungkin, seleksi sarana-sarana yang sesuai guna terciptanya tujuan-tujuan, memadukan pendekatan-pendekatan menjadi lebih terpadu dan pengevaluasian keefektifan system itu dalam mencapai tujuan”.
Selain itu juga ada metode yang mendukung terhadap ketidak setujuan dari pendekatan Whole Language yaitu pendekatan system / pendekatan structural. Berdasarkan pendekatan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa:
- pendekatan system mengarah pada suatu urutan langkah-langkah / tindakan-tindakan yang masuk akal (logis) dan telah diperhitungkan masak-masak (rasional) serta bertujuan.
- Perumusan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dinyatakan secara spesifik (khusus) atau tidak kabur dan terukur sehingga lebih mudah untuk dievaluasi apakah tujuan itu telah tercipta secara efekyif.
- Komponen-komponen yang terlibat tidak bekerja sendiri-sendiri, tetapi bekerja sebagai suatu system yang tepadu.
- Ada mekanisme kontrol yang mengevaluasi secara regular kegiatan-kegiatan dalam system itu sehingga berlangsung secara efektif dan efisien.
2. dalam pendekatan Whole Language tidak tercantum komponen-komponen atau unsure-unsur program diantaranya adalah tujuan-tujuan program, seleksi dasar, seleksi dasar kegiatan belajar mengajar, rasional dan pendekatan terhadap evaluasi, karakteristik-karakteristik siswa, klim situasi kelas, system penunjang administrasi, karakteristik-karakteristik guru dan gaya implementasi. Unsur-unsur itulah yang harus diperhatikan dalam perencanaan.
Hal ini sesuai dengan pendekatan structural yang sangat baik dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan structural untuk mengidentifikasi unsur-unsur program.
Sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran bahasa Indonesia serta sesuai dengan pokok-pokok. Kebijaksanaan pendidikan dan kebudataan dalam GBHN, fungsi bahasa Indonesia dlam hubungannya dengan pendidikan nasional adalah sebagai mata pelajaran dasar pokok, sebagai bahasa pengantar disemua jenis dan jenjang pendidikan, sebagai bahasa penalaran, sebagai bahasa pengungkap pengembangan diri hasil pendidikan.
Sebagai mata pelajaran dasar pokok, bahasa Indonesia yang diajarkan adalah bahasa dengan cirri serta syarat ragan bahasa baku, baik ragam lisan maupun tulisan dan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan bahasa kebudayaan yang berfungsi sebagai bahasa moderen.
Sebagai bahasa pengantar, penalaran dan pengungkapan pengembangan diri, bahasa Indonesia yang dipakai dilembaga pendidikan mempunyai cirri-cirinya yaitu mempunyai kemampuan menjalankan tugas sebagai alat komunikasi, penyampaian informasi secara tepat dengan berbagai konotasi,juga mempunyai keluwesan sehingga dapat dipergunakan untuk mendeskripsikan atau mengekspresikan makna-makna baru.
Sebagai alat pengungkap rasa dan ilmu yang tumbuh dan terus berkembang, bahasa Indonesia tentu saja tidak terhindar dari sentuhan dan pengaruh masyarakat yang memahaminya, baik yang berupa perubahan nilai dan struktur maupun berupa tingkah laku sosial lain.
Kesimpulan
Dari pemaparan tersebut daoat disimpulkan bahwa pendekatan Whole Language masih kurang sistematis karena dalam suatu pendekatan itu semua system / komponen-komponen yang terlibat harus terorganisasi tidak bekerja sendiri-sendiri, tetapi bekerja sebagai suatu system yang terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, kosadi dan Rahmina, Iim. 1990. Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Binacipta.
Yang berminat membeli busana muslim silahkan kunjungi : Baju Koko Murah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar